1.22
TAKUT KEPADA ALLAH
Diantara keyakinan muslim adalah meyakini manfaat dan mudharat adalah di tangan Allah semata.
Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakkal kecuali kepada Allah.
Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk merendahkan diri di hadapan Allah, mengagungkannya, dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah swt dan melaksanakan perintahNya.
Bukan takut berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allah, dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa ketaatan pada Allah.
Bukan takut berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allah, dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa ketaatan pada Allah.
Takut yang membawa ketaatan adalah ibadah.
Tidak boleh sorang muslim menyerahkan rasa takut (yang ibadah) kepada selain Allah.Siapa yang menyerahkan rasa takut ini kepada selain Allah, maka ia telah terjerumus ke dalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Seperti orang yang takut mudharat wali Fulan, setelah meninggal kemudian rasa takut tersebut menyebabkan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.
Hendaknya seorang muslim meneladani Nabi Ibrahim ketika beliau berkata:
Diantara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang terhadap makhluk yang melebihi takutnya kepada Allah sehingga membuat dia meninggalkan perintah Allah atau melanggar larangan Allah.
Seperti orang yang meninggalkan jihad yang wahib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir, atau tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia, padahal ia mampu.
Firman Allah (*1):
Diantara cara-cara untuk menghilangkan rasa takut kepada makhluk yang diharamkan adalah berlindung kepada Allah dari bisikan syaitan yang mengingat sabda Nabi saw:
"Ketahuilah, bahwasannya jika berkumpul ummat semuanya untuk memberikan manfaat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis. Dan seandainya mereka berkumpul ntuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali apa yang sudah Allah tulis."
Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti takut kepada panasnya api, binatang, dan takut yang seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allah swt. Ini adalah takut yang merupakan tabiat yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.
Rasanya kurang happy kalau ndak nyari tambahan. Haha.
Akhirnya menemukan sesuatu tentang rasa takut terhadap Allah dari buku Sahih Hadist Qudsi dan syarahnya(*2). Akika kutip saja ya:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad saw, dalam hadist yang beliau riwayatkan dari Rabb, bahwaDia berfirman:
Oke sip. Demikianlah, semoga bermanfaat bagi saya dan pembaca. Jikalah ada perbedaan pendapat, silahkan merujuk pada ustadz yang lebih banyak ilmu agamanya, lebih shahih dalilnya, dan baik akhlaknya. Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami agama ini.
Referensi:
Hendaknya seorang muslim meneladani Nabi Ibrahim ketika beliau berkata:
"... dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian. Mereka tidak memudharati aku kecuali bila Rabb-ku menghendakinya."
(Q.S Al-An'am 80)
Diantara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang terhadap makhluk yang melebihi takutnya kepada Allah sehingga membuat dia meninggalkan perintah Allah atau melanggar larangan Allah.
Seperti orang yang meninggalkan jihad yang wahib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir, atau tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia, padahal ia mampu.
Firman Allah (*1):
"Sesungguhnya itu hanyalah syaitan menakut-nakuti kalian wahai orang-orang yang beriman, dengan penolong-penolongnya. Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tapi takutlah kalian kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman."
(Q.S Ali Imran ayat 175)
Diantara cara-cara untuk menghilangkan rasa takut kepada makhluk yang diharamkan adalah berlindung kepada Allah dari bisikan syaitan yang mengingat sabda Nabi saw:
"Ketahuilah, bahwasannya jika berkumpul ummat semuanya untuk memberikan manfaat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis. Dan seandainya mereka berkumpul ntuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali apa yang sudah Allah tulis."
(H.R Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani)
Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti takut kepada panasnya api, binatang, dan takut yang seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allah swt. Ini adalah takut yang merupakan tabiat yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.
Rasanya kurang happy kalau ndak nyari tambahan. Haha.
Akhirnya menemukan sesuatu tentang rasa takut terhadap Allah dari buku Sahih Hadist Qudsi dan syarahnya(*2). Akika kutip saja ya:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad saw, dalam hadist yang beliau riwayatkan dari Rabb, bahwaDia berfirman:
"Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyatukan dua rasa takut dan dua rasa aman dalam diri seorang hamba-Ku. Jika dia merasa takut kepada-Ku di dunia, Aku akan memberinya rasa aman pada hari Kiamat. Jika dia merasa aman (tidak takut) akan (siksa)-Ku di dunia, Aku akan memberinya rasa takut pada hari Kiamat."
(Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban)
Oke sip. Demikianlah, semoga bermanfaat bagi saya dan pembaca. Jikalah ada perbedaan pendapat, silahkan merujuk pada ustadz yang lebih banyak ilmu agamanya, lebih shahih dalilnya, dan baik akhlaknya. Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami agama ini.
Wassalamu'alaikum warrahmatullah,
Bumi, September 2016
Senin Besok Hari Raya Idul Adha!
Senin Besok Hari Raya Idul Adha!
Referensi:
Semua tulisan berwarna ungu merupakan hasil pemahaman saya terhadap materi halaqoh HSI.
Semua tulisan berwarna selain ungu berasal dari sumber lainnya.
Sumber:
(1) http://quranterjemah.com/?mod=quran.beranda.show
(2) Shababiti, Ishamuddin. 2014. Shahih Hadist Qudsi dan Syarahnya: Bimbingan Untuk Kebahagiaan Hidup Manusia. Penerjemah: Umar Mujtahid. Pustaka Imam Asy-Syafi'i
Sumber:
(1) http://quranterjemah.com/?mod=quran.beranda.show
(2) Shababiti, Ishamuddin. 2014. Shahih Hadist Qudsi dan Syarahnya: Bimbingan Untuk Kebahagiaan Hidup Manusia. Penerjemah: Umar Mujtahid. Pustaka Imam Asy-Syafi'i